Sagalaherang Hunting Club

Komunitas Olahraga Buru Tembak Sagalaherang

Foto-foto Hunting

Published by Nadar Kharisma under on 19.37





Cara Pasang Laras Sharp Innova atau Tiger

Published by Nadar Kharisma under on 06.16
1. Bersihin kamer/resiver dari kotoran atau bekas lem lama.
2. Cek lubang angin laras presisi gak dengan lubang angin di resiver
pasang laras ke resiver tanpa dilem dulu, cek lubang amnginnya begitu udah pas di laras dikasih tanda di gores atau dititik pake tipek ; fungsi kunci L adalh untuk mastiin lubang laras ma resiver pas.
3. Aduk lem decston 5 menit kering dengan perbandingan 1 : 1
aduk aduk ampe lem bercampur merata, lalu olesin di laras seperti berikut
olesi lem sampai merata diujung laras dan seputaran lubang angin.
4. Lalu pasang laras ke resiver tekan laras sampai mentok belakang, lalu cek lubang angin jangan sampai ketutup, dicek dengan memasukan as kawat atau lidi sebesar 3 mm :
setelah yakin lubang angin pas diamkan sekitar 10 menit, setelah 10 menit berlalu bersihkan sisa lem di resiver dan lubang loading peluru.
5. Pasang pipa pompa jangan lupa sil anginnya dipasang
tekan pipa pompa ampe mentok resiver sharp inova dan lubang tempat sekrup tabungnya pas.
6. Pasang sekrup tabung gak usah kencang-kencang dulu lalu pasang plat bawah penekan pipa pompa
setelah plat kedorong masuk resiver semua lalu kencangin sekrup tabungnya sampai pol.
7. Pasang ring matahari dan mur sekrup popornya
kencangin mur sekrup/baut popor secukupnya.
8. Pasang popor senapan dan senapan siap digunakan
selamat mencoba semoga sukses. 

Sharp Innova Long Barrel

Published by Nadar Kharisma under on 22.36



Spesifikasi :
  1. Made in Indonesia Lisensi USA-Japan
  2. Buatan pabrik lisensi Us Paten N0.4.163.439, Japan Paten No.678.511
  3. Terdaftar di departemen kehakiman R.I Direktorat Jendral Hak Cipta, Paten dan Merek dengan No. 173265, 330039, 256692,436972
  4. Senapan premium dari sharp innova
  5. Senapan angin model pompa
  6. Popor deluxe dari bahan kayu mahoni setebal 6 cm, diperindah dengan checkkering yang berfungsi memantabkan pegangan, dan dengan seni ukir yang luar biasa
  7. Picu dengan sentuhan ringan dirancang agar pelepasan tembakan lebih terarah
  8. Pelindung picu dilengkapi kunci pengaman terpadu guna menghindari kecelakaan dan memudahkan penggunaan
  9. Pegangan popor depan berukir agar tidak licin serta dibuat lebih panjang untuk mempermudah pengaturan posisi sewaktu memompa
  10. Laras terbuat dari baja halus 12 alur yang lebih menjamin ketepatan dalam tembakan dan tahan lama
  11. Panjang laras 60 Cm
  12. Pelindung visir depan yang berfungsi ganda untuk mempermudah pemasangan peredam dan membantu ketepatan pembidikan
  13. Pembungkus Laras Alumunium
  14. Posisi laras solid menempel pada tabung
  15. Popor dilengkapi Bantalan dudukan pipi untuk memudahkan posisi penembak membidik sasaran yang tepat
  16. Kekuatan lebih dari 1000 fps
  17. Pembubutan laras sudah menggunakan mesin bubut Terkomputerisasi
  18. Akurasi bagus sekali
  19. Jarak max lebih dari 100 meter
  20. Recoil hampir tidak terasa
  21. Cal.4,5mm /177
  22. Setiap senapan memiliki keunikan gambar ukiran di popor

Biawak (sunda:Bayawak)

Published by Nadar Kharisma under on 21.13


Biawak adalah sebangsa reptil yang masuk ke dalam golongan kadal besar, suku biawak-biawakan (Varanidae). Biawak dalam bahasa lain disebut sebagai bayawak (Sunda), menyawak atau nyambik (Jawa), berekai (Madura), dan monitor lizard atau goanna (Inggris).

Biawak banyak macamnya. Yang terbesar dan terkenal ialah biawak komodo (Varanus komodoensis), yang panjangnya dapat melebihi 3 m. Biawak ini, karena besarnya, dapat memburu rusa, babi hutan dan anak kerbau. Bahkan ada kasus-kasus di mana biawak komodo menyerang manusia, meskipun jarang. Biawak ini hanya menyebar terbatas di beberapa pulau kecil di Nusa Tenggara, seperti di p. Komodo, p. Padar, p. Rinca dan di ujung barat p. Flores.
Biawak yang kerap ditemui di desa-desa dan perkotaan di Indonesia barat kebanyakan adalah biawak air dari jenis Varanus salvator. Panjang tubuhnya (moncong hingga ujung ekor) umumnya hanya sekitar 1 m lebih sedikit, meskipun ada pula yang dapat mencapai 2,5 m.

Habitat dan Makanan
Biawak umumnya menghuni tepi-tepi sungai atau saluran air, tepian danau, pantai, dan rawa-rawa termasuk rawa bakau. Di perkotaan, biawak kerap pula ditemukan hidup di gorong-gorong saluran air yang bermuara ke sungai.
Biawak memangsa aneka serangga, ketam atau yuyu, berbagai jenis kodok, ikan, kadal, burung, serta mamalia kecil seperti tikus dan cecurut. Biawak pandai memanjat pohon. Di hutan bakau, biawak kerap mencuri telur atau memangsa anak burung. Biawak juga memakan bangkai, telur kura-kura, penyu atau buaya

Kehidupan Biawak
Biawak berkembang biak dengan bertelur. Sebelum mengawini betinanya, biawak jantan biasanya berkelahi lebih dulu untuk memperlihatkan penguasaannya. Pertarungan biawak ini unik dan menarik, karena dilakukan sambil ‘berdiri’. Kedua biawak itu lalu saling pukul atau saling tolak sambil berdiri pada kaki belakangnya, sehingga tampak seperti menari bersama.
Telur-telur biawak disimpan di pasir atau lumpur di tepian sungai, bercampur dengan daun-daun busuk dan ranting. Panas dari sinar matahari dan proses pembusukan serasah akan menghangatkan telur, sehingga menetas.

Biawak dan Manusia
Biawak telah ratusan bahkan ribuan tahun diburu manusia. Orang terutama memanfaatkan kulitnya sebagai bahan perhiasan, dan dagingnya sebagai bahan makanan atau untuk obat. Pada waktu kini, perdagangan kulit biawak telah menghidupi beribu-ribu orang, mulai dari penangkap biawak di desa-desa, pengumpul, pengolah, eksportir, hingga industri kulit. Tidak kurang dari satu juta potong kulit biawak air dikumpulkan setiap tahunnya dari berbagai bagian dunia (Shine et al. 1996, Biological Conservation 77 : 125-134).
Biawak ditangkap orang dengan cara dijerat atau dikail. Jerat atau kail itu dipasang di tempat yang sering didatangi biawak. Seperti umumnya daging kadal, daging biawak juga dipercaya sebagai obat sakit kulit.

Jenis-jenis Biawak
Suku Varanidae terdiri atas dua kelompok yang sedikit berbeda, yalah dari marga Varanus yang besar (lebih dari 35 spesies di seluruh dunia), dan marga Lanthanotus yang sejauh ini berisi spesies tunggal L. borneensis dari Kalimantan. Marga yang kedua itu merupakan biawak yang bertubuh kecil (lk. 30 cm) dan tanpa lubang telinga.
Beberapa jenis biawak yang terdapat di Indonesia: Genus: Varanus
Subgenus:
1. Varanus
§  Varanus komodoensis (Komodo Dragon) --> NTT & NTB
§  V. panoptes panoptes/ V. panoptes horni/ V. gouldii/ V. gouldii horni (Sand Goanna/ Argus Monitor) --> Papua

2. Empagusia
§  V. nebulosus (Clouded Monitor) --> Jawa Timur
§  V. dumerilii (Dumeril's Monitor) --> Sumatera & Kalimantan
§  V. rudicollis (Black Roughneck Monitor) --> Sumatera & Kalimantan

3. Euprepiosaurus
Species group: V. indicus (indicus complex)
§  V. indicus (Mangrove Monitor) --> Papua
§  V. cerambonensis (Ceram Mangrove Monitor) --> Maluku (Seram & Ambon)
§  V. rainerguentheri (Rainer's Monitor) --> Maluku (Halmahera)
§  V. doreanus (Blue-tailed Monitor) --> Papua
§  V. caerulivirens (Turquois Monitor) --> Maluku (Halmahera)
§  V. jobiensis (Peach Throat Monitor) --> Papua
§  V. melinus (Quince Monitor) --> Maluku (Obi & Sula)
§  V. yuwonoi (Tri-colored Monitor) --> Maluku (Halmahera)
§  V. zugorum (Olive Monitor) --> Maluku (Halmahera)
§  V. lirungensis (Lirung Monitor) --> Maluku (Talaud)
§  V. obor (Torch Monitor/ Sago Monitor) --> Maluku (Sanana)
Species group: V. prasinus (prasinus complex)
§  V. prasinus (Emerald Tree Monitor) --> Papua
§  V. reisingeri (Yellow Tree Monitor/ Reisinger's Monitor) --> Papua (Misool, Raja Ampat)
§  V. kordensis (Korden's Monitor) --> Papua (Biak)
§  V. macraei (Blue-spotted Tree Monitor) --> Papua (Raja Ampat)
§  V. boehmei (Golden-spotted Tree Monitor) --> Papua (Waigeo)
§  V. beccarii (Black Tree Monitor) --> Papua (Aru)

4. Odatria (Dwarves Monitor)
 Species group: V. timorensis
§  V. timorensis (Timor Monitor) --> Timor
§  V. auffenbergi (Peacock Monitor) --> Rote
§  V. similis (Grey-spotted Tree Monitor) --> Papua

5. Papusaurus
§  V. salvadorii (Crocodile Monitor/ Tree Crocodile) --> Papua

6. Soterosaurus
§  V. salvator/ V. salvator salvator/ V. salvator bivittatus (Asian Water Monitor) --> Jawa & Sumatera
§  V. salvator togianus [Togian (Black) Water Monitor] --> Sulawesi (Togian)
§  V. salvator ssp. (Sulfur Water Monitor) --> Jawa (???)
§  V. salvator ssp. (Sulawesi Spotted Water Monitor) --> Sulawesi
§  V. salvator ssp. (Black Dragon Water Monitor) --> Sumatera (Lampung)
§  V. salvator ssp. (Moluccas Water Monitor) --> Maluku (Halmahera)


Burung Tekukur

Published by Nadar Kharisma under on 20.55

Karakter
Tubuh berukuran sedang (30 cm).
Warna coklat kemerahjambuan. Ekor tampak panjang. Bulu ekor terluar dengan tepi putih tebal. Bulu sayap lebih gelap dibanding tubuh. Ada bercak-bercak hitam putih khas pada leher.
Iris jingga, paruh hitam, kaki merah.
Hidup dekat dengan manusia. Mencari makan di permukaan tanah. Sering duduk berpasangan di tempat terbuka. Bila terganggu terbang rendah di permukaan tanah, dengan kepakan sayap pelan.
Makanan: biji rumput.
Sarang sederhana, datar, berupa ranting tersusun pada semak-semak rendah.
Telur berwarna  putih polos, jumlah 2 butir.
Berbiak sepanjang waktu.





Habitat
Tempat terbuka, lapangan, kebun, tegalan, perkampungan.

Penyebaran
Asia tenggara, Sunda Besar.
Sumatera, Kalimantan, Jawa, Bali, Nusa Tenggara.
Introduksi: Sulawesi, Maluku.


Penyebaran Lokal
Bandara A. Yani, Semarang: kawasan lahan basah.
Jrakah, Tugu, Semarang: kawasan lahan basah.
Sungai Banjirkanal Timur, Genuk, Semarang: kawasan lahan basah.
Tambaksari, Sayung, Demak: kawasan lahan basah.
Tembalang, Semarang: kebun, tegalan.
Sekaran, Gunungpati, Semarang: kebun, tegalan.
Wanawisata Tinjomoyo, Gunungpati, Semarang: hutan sekunder.
Wanawisata Penggaron, Ungaran: hutan sekunder.


Status
Penetap.
Jumlah sedang dan frekuensi sering.
Peringkat perjumpaan: (1) sangat mudah.

Careuh / Musang Luwak (Paradoxurus hermaphroditus)

Published by Nadar Kharisma under on 20.12


Musang Luwak atau disebut Luwak adalah hewan dengan nama latin Paradoxurus hermaphroditus. Banyak yang mengenal Musang Luwak sebagai binatang yang pandai memilih biji kopi terbaik yang setelah dimakan dan dikeluarkan bersama tinjanya kemudian menjadi komoditas kopi pilihan yang sering disebut kopi luwak.
Di beberapa daerah di Indonesia, hewan ini dikenal dengan beberapa nama seperti Musang (Betawi), Careuh (Sunda), dan Luwak atau Luak (Jawa). Sedang dalam bahasa Inggris binatang seukuran kucing ini disebut Common Palm Civet, Mentawai Palm Civet, Common Musang, House Musang atau Toddy Cat.
Dalam bahasa ilmiah (nama latin) Musang Luwak disebut Paradoxurus hermaphroditus. Nama ini berasal dari fakta bahwa Luwak memiliki semacam bau yang berasal dari kelenjar di dekat anusnya. Samar-samar bau ini menyerupai harum daun pandan, namun dapat pula menjadi pekat dan memualkan.

Diskripsi, Ciri, dan Perilaku. Musang Luwak atau Common Palm Civet bertubuh sedang berukuran sekitar 50 cm dengan ekor panjang mencapai 45 cm dan berat rata-rata 3,2 kg. Tubuh Luwak ditutupi bulu berwarna kecoklatan dengan moncong dan ekor berwarna kehitaman.
Sisi bagian atas berwarna abu-abu kecoklatan dengan variasi warna coklat merah tua. Muka kaki dan ekor coklat gelap sampai hitam. Dahi dan sisi samping wajah hingga di bawah telinga berwarna keputih-putihan, seperti beruban. Satu garis hitam samar-samar lewat di tengah dahi, dari arah hidung ke atas kepala.
Musang Luwak (Paradoxurus hermaphroditus) merupakan mamalia yang bersifatarboreal (hidup di pepohonan) meski sering juga turun di atas tanah. Musang Luwak juga merupakan binatang nokturnal yang beraktifitas di malam hari.
Musang Luwak merupakan hewan omnivora. Makanan utamanya adalah buah-buahan lembek seperti buah kopi, mangga, pepaya, dan rambutan. Namun Luwak juga memakan telur, serangga, burung dan mamalia kecil.
Pencernaan Luwak (Paradoxurus hermaphroditus) sangat sederhana sehingga biji-bijian yang dimakannya akan dikeluarkan kembali utuh bersama kotorannya. Dari sinilah kemudian Luwak dikenal sebagai penghasil kopi pilihan berkualitas baik yang kerap disebut Kopi Luwak. Selain itu, kebiasaan makan hewan ini membuatnya mempunyai peranan penting dalam ekologis sebagai pemencar biji yang baik yang kemudian dapat tumbuh menjadi benih-benih pohon baru di hutan.
Persebaran dan Konservasi. Musang Luwak atau Common Palm Civet (Paradoxurus hermaphroditus) tersebar luas mulai dari Bangladesh, Bhutan, Brunei Darussalam, China, Filipina, India, Indonesia, Kamboja, Laos, Malaysia, Myanmar, Nepal, Singapura, Srilanka, Thailand, dan Vietnam.
Di Indonesia Musang Luwak tersebar secara alami mulai dari Sumatera, Jawa, dan Kalimantan. Selain itu juga telah diintoduksi ke Papua, Nusa Tenggara, Sulawesi, dan Maluku.
Habitat yang disukai adalah hutan, semak-semak, hutan sekunder, perkebunan, dan di sekitar pemukiman manusia. Musang luwak (Paradoxurus hermaphroditus) dapat hidup di daerah dataran rendah hingga di daerah dengan ketinggian 2.500 meter dpl.
Musang Luwak selain dianggap berjasa dalam produksi Kopi Luwak yang berharga tinggi juga dianggap sebagai binatang pengganggu yang sering memangsa ayam, anak ayam, dan telur.
Populasi dianggap masih banyak dan aman dari kepunahan. Karena itu, IUCN Redlist hanya memasukkannya dalam status konservasi Least Concern sejak 1996.
Terkadang Luwak dianggap mengganggu, namanya pun banyak disematkan pada peribahasa-peribahasa yang bermakna kurang baik. Namun ternyata aktivitas metabolismenya telah menjadikan binatang ini bukan sekedar mesin uang bagi para produsen kopi luwak saja tetapi juga menjadi penyebar bibit pohon baru di hutan.
Klasifikasi ilmiah: Kerajaan: Animalia; Filum: Chordata; Kelas: Mammalia; Ordo: Carnivora; Famili: Viverridae; Genus: Paradoxurus; Spesies: Paradoxurus hermaphroditus.

Bajing dan Tupai Adalah Berbeda

Published by Nadar Kharisma under on 19.52


Bajing dan Tupai adalah hewan yang berbeda, meskipun banyak orang yang menganggapnya sebagai binatang yang sama. Bajing dan Tupai memiliki perbedaan, Tupai sepintas mirip dengan bajing, tetapi berbeda anatomi dan perilakunya. Tupai mempunyai moncong sangat panjang (bagian muka, mulut dan hidung) sedangkan bajing relatif agak rata pada bagian mulut dan hidungnya.
Bajing merupakan mamalia pengerat (ordo Rodentia) dari suku (famili) Sciuridae yang dalam bahasa Inggris disebut squirrel. Sedangkan Tupai berasal dari famili Tupaiidae dan Ptilocercidae yang dalam bahasa Inggris disebut treeshrew. Secara ilmiah (ilmu biologi), Bajing berbeda dengan Tupai, bahkan sangat jauh kekerabatannya.
Dalam hal makanannya pun berbeda. Bajing merupakan binatang pengerat yang memakan buah-buahan sedangkan Tupai merupakan binatang pemakan serangga.
Tupai
Tupai berbeda dengan Bajing. Tupai merupakan mamalia kecil dari bangsa Scandentia yang sering kali dikelirukan dengan Bajing. Tupai banyak memangsa serangga, sehingga dahulu dimasukkan ke dalam bangsa (ordo) Insectivora (pemakan serangga). Ciri khas Tupai adalah mempunyai moncong sangat panjang pada bagian muka yang terdapat mulut dan hidung.
Tupai Kekes
Tupai merupakan anggota dari bangsa Scandentia yang terdiri atas dua suku (famili) yaitu Tupaiidae dan Ptilocercidae. Indonesia memiliki jenis Tupai terbesar di dunia. Dari 20 spesies Tupai yang ada di dunia, 12 diantaranya dipunyai oleh Indonesia. Spesies-spesies Tupai di Indonesia tersebut antara lain:
§  Tupai ekor-kecil (Dendrogale melanura). Di Kalimantan
§  Tupai mentawai (Tupaia chrysogaster). Endemik Kepulauan Mentawai.
§  Tupai bergaris (Tupaia dorsalis). Kalimantan
§  Tupai akar (Tupaia glis). Kalimantan, Sumatra, Jawa dan Semenanjung Malaya.
§  Tupai ramping (Tupaia gracilis). Kalimantan, Karimata, Bangka dan Belitung.
§  Tupai kekes (Tupaia javanica). Sumatra, Nias, Jawa dan Bali.
§  Tupai kecil (Tupaia minor). Sumatra, Kalimantan, dan Semenanjung Malaya.
§  Tupai gunung (Tupaia montana). Terbatas di pegunungan di Kalimantan bagian utara.
§  Tupai tercat (Tupaia picta). Kalimantan.
§  Tupai indah (Tupaia splendidula). Kalimantan bagian selatan, Karimata, Natuna, dan Pulau Laut.
§  Tupai tanah (Tupaia tana). Sumatra dan Kalimantan.
§  Tupai ekor-sikat (Ptilocercus lowii). Semenanjung Malaya, Sumatra, Kalimantan dan pulau-pulau di sekitarnya.
Klasifikasi Ilmiah: Kerajaan: Animalia; Filum: Chordata; Sub Filum: Vertebrata; Kelas: Mamalia; Ordo: Scandentia: Famili: Tupaiidae dan Ptilocercidae.
Bajing
Bajing berbeda dengan Tupai. Bajing memiliki moncong yang tidak terlalu panjang seperti halnya tupai, bagian muka (mulut dan hidung) relatif agak rata atau datar.
Bajing Kelapa
Bajing ada yang hidup di tanah juga ada yang hidup di pohon. Bahkan bajing dari subspesies Pteromyini mampu terbang (melayang dari atas ke bawah), karena jenis ini mempunyai membran (selaput tipis) diantara kaki depan dan belakang yang memungkinkan melayang jauh diantara pepohonan.
Berbeda dengan Tupai yang memakan serangga, Bajing merupakan binatang pengerat yang memakan buah-buahan. Sering kali binatang ini dianggap sebagai hama terutama pada tanaman kelapa dan perkebunan buah. Mungkin lantaran dianggap binatang hama dan perusak ini kemudian muncul istilah ‘bajingan’.
Bajing terdiri atas 51 genus dan 278 spesies (jenis). Beberapa jenis Bajing yang terdapat di Indonesia antara lain:
§  Ratufa bicolor (Jelarang); Hutan tropis dan subtropis di Asia termasuk Indonesia.
§  Callosciurrus prevostii (Bajing Tiga Warna); Kalimantan
§  Callosciurrus nigrovittatus (Bajing Hitam); Thailand, Semenajung Malaya, Sumatra dan Jawa.
§  Callosciurrus notatus (Bajing Kelapa); terdapat di Semenanjung Malaya, Sumatra, Kalimantan, Jawa, Bali dan Lombok, serta pulau-pulau di sekitarnya
§  Callosciurrus adamsi (Bajing Telinga Botol); Endemik Kalimantan
§  Callosciurrus orestes (Bajing Kelabu); terdapat di Kalimantan
§  Sundasciurus hippurus (Bajing Ekor Kuda): Kalimantan
§  Sundasciurus lowii (Bajing Ekor Pendek): Kalimantan
§  Sundasciurus tenuis (Bajing Bancirot); Kalimantan
§  Sundasciurus jentinki (Bajing Jentink); Kalimantan
§  Sundasciurus brookei (Bajing Brooke); Kalimantan
§  Sundasciurus juvencus (Bajing Palawan); Jawa dan Bali
§  Glyphotes simus (Bajing Kerdil Perut Merah); Endemik Kalimantan
§  Nannosciurus melanotis (Bajing Kerdil Telingan Hitam); Jawa dan Kalimantan
§  Rubrisciurus rubriventer (Bajing Besar Sulawesi); Endemik Sulawesi
§  Petinomys hageni (Bajing Terbang Kepala Tengguli): Semenanjung Malaya, Sumatera, Jawa, dan Kalimantan
§  Petinomys genibarbis (Bajing Terbang Berjambang): Semenanjung Malaya, Sumatera, Jawa, dan Kalimantan
§  Petinomys setosus (Bajing Terbang Dada Putih): Semenanjung Malaya, Sumatera, Jawa, dan Kalimantan
§  Petinomys vordermanni (Bajing Terbang Pipi Jingga); Semenanjung Malaya, Sumatera, Jawa, dan Kalimantan
§  Petinomys sagitta (Bajing Terbang Jawa); Semenanjung Malaya, Sumatera, Jawa, dan Kalimantan
§  Lariscus insignis (Bajing Tanah Bergaris Tiga); Kalimantan
§  Dremomys everetii (Bajing Gunung); Kalimantan
§  Rhinosciurus laticaudatus (Bajing Tanah Moncong Runcing); Kalimantan
§  Exilisciurus exilis (Bajing Kerdil Dataran Rendah); Kalimantan
§  Exilisciurus whiteheady (Bajing Kerdil Telinga Kuncung): Kalimantan
§  Rheithrosciurus macrotis (Bajing Tanah Ekor Tegak)
§  Petaurillus hosei (Bajing Terbang Hose)
§  Lomys horsfield (Bajing Terbang Ekor Merah)
§  Aeromys tephromelas (Bajing Terbang Hitam)
§  Hylopetes lepidus (Bajing Terbang Pipi Kelabu)
§  Pteromyscus pulverulentus (Bajing Terbang Berbedak)
§  Petaurista petaurista (Bajing Terbang Rakasasa Merah)
Sebenarnya masih banyak jenis Bajing lainnya di Indonesia, namun sebagai gambaran hanya ini yang saya sampaikan.
Klasifikasi Ilmiah: Kerajaan: Animalia; Filum: Chordata; Sub Filum: Vertebrata; Kelas: Mamalia; Ordo: Rodentia: Famili: Sciuridae

 

Lipsum

Sagalaherang Hunting Club:
Komunitas Pencinta Senapan Angin dan Olahraga Buru Tembak di Sagalaherang-Panawangan -Ciamis

Followers